KERINCI, SIGNALBERITA.COM — Puluhan tahun sudah warga di tiga desa Renah Pemetik, kecamatan Siulak Mukai, Kabupaten Kerinci, hidup dalam kondisi jalan yang rusak parah. Desa Lubuk Tabun, Pasir Jaya, dan Sungai Kuning seolah terpisah dari dunia luar karena akses utama mereka tak lagi layak di lalui.
Di beberapa titik, kedalaman lubang di badan jalan bahkan mencapai tiga meter, membuat kendaraan sulit, bahkan mustahil, untuk melintas.
Kerusakan jalan itu tak hanya menghambat aktivitas warga, tetapi juga berdampak langsung pada roda perekonomian masyarakat. Hasil kebun sulit di bawa keluar.
Kerusakan Makin Parah
Kondisi Jalan rusak parah ini sering di Unggah di akun Facebook, seperti akun Wi Kito, dalam video yang di unggah 02:13 detik, dalam video tersebut pengunggah menyampaikan kalu masalah sabar nti lah ngato, manen agi kami sabar (kalau Masalah sabat dak usah di bilang lagi, gimana lagi kami sabar).
“Harus kami nempuh karena ini sumber pendapatan kami, Ado kami tau jalan jaek, (harus kami lewat karena ini sumber pendapatan kami, Ado kami tau jalannya buruk),”kata dalam potongan video tersebut
Dia juga menyebutkan ada informasi akan di bangun tahun 2026 mendatang. namun menjelang di bangun petani sudah menderita. “Mungkin Iyo 2026 bisa lah Kayo mena Ngan iluk (yang bagus,red), tapi untuk sementaro ini manen kami ndok keluar, kondisi jalan model ini, uto nian dak nampak Agi,”katanya lagi dalam bahasa Kerinci.
Warga lain juga mengungkapkan keluhkan terhadap jalan Renah Pemetik, padahal sebelumnya Gubernur Jambi dan Bupati Kerinci sudah pernah bermalam di desa Lubuk Tabun.
“Katanya mau di perbaiki tahun 2026, tapi kami menunggu sampai tahun depan sudah tersiksa, Pak, coba lihat kondisi jalan kami pak,” ujar Edi salah seorang warga nada kecewa.
Ia mengatakan, setiap musim hujan tiba, jalan berubah menjadi kubangan lumpur dalam, sedangkan saat kemarau, debu tebal membuat warga sulit bernapas.
Berharap Penanganan Sementara Pemkab Kerinci
Warga berharap Pemerintah Kabupaten Kerinci segera turun tangan, setidaknya menurunkan alat berat untuk membuka akses sementara.
“Setidaknya alat berat di tempatkan dulu di lokasi, supaya kami bisa melintas, membawa hasil pertanian kami pak, masih lama kami menderita sampai 2026 pak,”sebutnya.
Sementara itu, hingga kini belum ada tanda-tanda pekerjaan perbaikan di mulai. Di tingkat desa, perangkat dan tokoh masyarakat mengaku sudah berulang kali menyampaikan kondisi jalan itu kepada pemerintah kabupaten, namun belum mendapat tindak lanjut konkret.
Kerusakan jalan di Renah Pemetik menjadi simbol klasik persoalan infrastruktur pedesaan di daerah-daerah terpencil Jambi: janji pembangunan sering datang, tapi realisasinya tertunda. Bagi warga, setiap hari berlalu di antara kubangan dan lubang besar adalah bukti bahwa perhatian terhadap desa mereka masih sebatas rencana di atas kertas.(Tim)








