SUNGAIPENUH, SB – Pada kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Sungai Penuh, dinamika politik semakin menarik untuk diikuti. Sejumlah nama mulai mengerucut menjadi pasangan Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota Sungai Penuh.
Pasangan Bakal Calon Walikota dan Wakil Walikota yang sudah berani tampil yakni Ahmadi Zubir – Ferry Satria, Alfin-Azhar Hamzah dan Alvia Santoni-Lendra Wijaya, sedangkan Fikar Azami belum muncul nama pasangannya.
Namun, menarik untuk diikuti dari Tiga Dusun yang biasa disebut 3D yakni Pondok Tinggi, Sungai Penuh dan Dusun Baru, muncul Tiga Kandidat sebagai kontestan diantaranya Alvia Santoni (Antos), Ferry Satria dan Azhar Hamzah.
Ketiganya berasal dari 3D dan merupakan kandidat potensial baik sebagai Walikota atau Wakil Walikota. Ketiganya diprediksi akan mendulang suara yang maksimal jika bergerak total.
Seperti diketahui Antos merupakan Bakal Calon Walikota Sungai Penuh yang akan berpasangan dengan Lendra Wijaya. Posisi Antos saat ini sebagai Wakil Walikota Sungai Penuh sehingga memungkinkan ia akan mendapat keistimewaan tersendiri di kalangan masyarat 3D, terutama di Kecamatan Pondok Tinggi.
Sementara itu Ferry Satria, merupakan Balon Wakil Walikota Sungai Penuh yang akan berpasangan dengan Incumbent yakni Ahmadi Zubir, Ferry merupakan Anggota DPRD kota Sungai Penuh yang juga anak dari mantan Bupati Kerinci Fauzi Siin. Munculnya nama Ferry sebagai Calon Wakil Walikota diyakini akan mengubah peta politik di 3D.
Sedangkan Azhar Hamzah yang biasa disebut Kenek, balon Wakil Walikota Sungai Penuh yang akan mendampingi Alfin. Juga tidak akan tinggal diam, politisi senior ini tentu sudah memiliki hitungan sendiri sehingga memutuskan untuk maju sebagai Wakil Walikota. Kenek merupakan anggota DPRD kota Sungai Penuh dan juga mantan Kepala Desa Dua Periode.
Majunya tiga nama besar diatas dari 3D akan membuat dukungan dari masyarakat 3D terbelah. Tidak berlebihan jika ada yang menyebutkan 3 D menjadi zona pertempuran.
Kumaini Pemerhati Politik Sungai Penuh, yang juga mantan Ketua KPU Kerinci Dua periode, mengatakan, sulit menghindari 3D menjadi zona “pertempuran”.
“Intinya terjadi pergeseran skema kekuatan. Idealnya 3D menjadi basis salah satu kandidat, namun dinamika hari ini menunjukkan terjadinya pergeseran, dimana 3D menjadi zona pertempuran,”katanya.
Ditambahkan Kumaini, dengan munculnya tiga nama yang akan memperebut suara pendukung di 3D menjadikan 3D bukan lagi kekuatan mainstream di Pilwako Sungai Penuh.
“Kalau sudah terbagi tiga, maka dengan asumsi mendapatkan bagian yang sama, maka jelas tidak menjadi kekuatan mainstream lagi,” ujar Kumaini.
Berbeda dengan Hamparan Rawang, kata Kumaini, hingga saat ini belum ada kepastian putra Hamparan Rawang yang akan ikut sebagai kontestan pada Pilwako Sungai Penuh, padahal Hamparan merupakan wilayah dengan jumlah DPT cukup besar.
“Kalau kita lihat wilayah Hamparan Rawang ditinggalkan, kandidat lebih dominan ke wilayah 3 Dusun, mungkin melihat Suara terbanyak di 3 Dusun. Tapi Hamparan Rawang tidak bisa dianggap enteng karena memiliki basis suara yang cukup besar,”bebernya.
Selain itu katanya, bagi kandidat yang jeli dan bisa mengkonsolidasi kekuatan Hamparan Rawang, bukan tidak mungkin ini memberi keuntungan politis di Pilwako nantinya. Apalagi ada kesan Hamparan Rawang dilirik sebelah mata.
“Jika kesadaran akan kepentingan wilayah berhasil dinyalakan di Hamparan Rawang, bukan tidak mungkin tokoh Hamparan Rawang akan bangkit mengkonsolidasi kekuatan mereka,” tandasnya.(Fra)





















